Ada yang sangat ingin kautemui? :)

Kamar Tamu: "Rindu."

“Kau lagi ngapain sih?” tanya Kucil pada Harap yang sedang melamun di balkon. Wajah melamunnya sama sekali tidak menarik sehingga Kucil sewot.

“Hah?” Harap sadar. Kembali masuk pada kehidupannya yang nyata.

Kucil duduk di sebelah Harap. Ternyata Kucil membawa segelas jus mangga dingin. Harap berbinar, “Kau baik. Sedari dulu aku memang sudah yakin kalau kau baik.”

Kucil tersenyum lebar. Selebar mulut Harap yang menganga lebar melihat Kucil menenggak jus mangga yang segar itu.

“Jadi kau melamun tentang kebaikanku? Tak kusangka,” Kucil menyeka bibirnya yang masih tersisa bulir-bulir kesegaran jus mangga.

Harap masih menganga sambil bergumam tidak jelas.

“Apa sih, Har?”

“Lupakan,” Harap menyandarkan kembali badannya ke punggung kursi.

Kucil menoleh ke arah Harap dengan cepat, “He, kau benar-benar memikirkan kebaikanku? Sampai melamun seperti itu? Sampai kau tidak mau jus mangga ini? Luar biasa..”

Wajah Harap berubah miring, sangat miring, “Kapan kau.. Kau tidak menawariku jus mangga itu, Kucil! Kapan?!”


“Tadi. Tadi saat kau melamun.”

“Kau menawariku di saat aku melamun? Mana aku sadar!” Harap kembali lagi menyandarkan badannya ke punggung kursi. Namun kali ini dengan berat, nafas yang berat.

“Ya sudah lah, aku habiskan saja,” Kucil menenggak habis jus mangga itu sampai wajahnya berubah seperti pohon mangga. Tidak, kok.

“Nah, sekarang sudah tidak ada lagi jus mangga. Kau tidak perlu menyesal, Harap,” Kucil tersenyum lebar. Sangat lebar. Seperti telah menemukan solusi yang paling bermutu. Ya, lagi-lagi selebar mulut Harap yang menganga.

Wajah Kucil agak menjauh, “Kau bisa memakanku, Harap, kalau menganga selebar itu.”

“Ngya! Akha wewang wao wewakhanngukh!”

“Ngomong apa sih? Jangan sambil mangap gitu dong. Nyeremin deh.”

“Iya! Aku memang mau memakanmu!” ulang Harap dengan bahasa yang kembali normal.

“Kok tambah nyeremin ya, Har? Mendingan yang pertama tadi deh.”

“Kucil maunya apa sih?!” Harap bete.

“Nggak tau aku juga. Lagian kenapa judulnya ‘Rindu’?” Kucil bingung garuk-garuk gelas. “Harap kan lagi melamun, bukan lagi rindu.”

“Oh iya ya.. Aku kan lagi nggak merindukan apa-apa. Aku cuma melamun aja kok,” tambah Harap kebingungan.

Ya, aku juga bingung. Karena yang rindu itu aku. Bukan Harap ataupun Kucil. Aku merindukan Kucil dan Harap. Sudah lama tidak menceritakan hidupnya. Aku benar-benar rindu Kucil dan Harap. Karena sekarang aku sudah senang kembali! Hihi

***

Ini bukan kalimat basa-basi dari mereka,
melainkan karena kau harus benar-benar baik-baik saja..

Ini bukan kalimat basa-basi dari mereka,<br>melainkan karena kau harus benar-benar baik-baik saja..