Ada yang sangat ingin kautemui? :)

Ruang Televisi: "Makan Malam di Taman Buku."

Ada satu taman kecil yang dulu sering dikunjungi oleh Harap. Mungkin di saat umur lima tahun. Harap memberi nama tempat tersebut dengan sebutan Taman Buku. Sebenarnya di sana tidak ada toko peminjaman atau jual beli buku, hanya saja nama Taman Buku tercetus karena kenangannya.

Kali pertama Harap memiliki buku cerita. Buku cerita yang ditemukan. Bukan komik, cergam, maupun novel. Diary. Ya, buku harian milik seseorang yang tertinggal di taman tersebut. Oleh karena itu, Harap ingin mengunjungi tempat itu lagi.

“Kau tidak mengajakku?” Kucil berkacak pinggang mendengar Harap pamit pergi ke sana.

“Kau yakin tidak akan mengacau?”

Kucil mengernyitkan dahi, “He, memangnya kau mau ngapain?”

“Kau protes tapi kau tidak tahu protes akan apa?” Harap memasang wajah datar, sambil memasangkan syal di lehernya. Ini sudah malam.

“Ini sudah malam lho, Har,” Kucil menyalakan rokoknya.

“Kalau sudah malam memangnya harus merokok?”
Harap memakai sepatunya. Sepatu baru yang sudah seminggu lalu dibelikan Kucil. Menggantikan rasa bersalah Kucil telah merusakkan sepatu kesayangan Harap.

Kucil melihat rokoknya dalam-dalam, “Ya, nggak sih..” lalu mematikan rokoknya yang masih panjang itu di asbak. “Terus?”

“Ya kalau kau mau ikut, kau yakin pakai celana gemes gitu?” Harap tidak kuat menahan tawanya.

“Hahaha! Memangnya aku menggemaskan ya, Har?” Kucil malu-malu.

Harap sama sekali tidak menjawab pertanyaan polos Kucil, membuat Kucil segera lari ke kamarnya di lantai dua. Ganti baju.

Malam ini terasa dingin. Sudah lama Kucil dan Harap tidak pergi makan bersama di luar rumah. Ya, memang mereka bukan pergi untuk makan malam. Tapi kemungkinan besar mereka akan makan angin malam karena angin lumayan berhembus kencang di sela-sela tubuh mereka dan penjaga malam lainnya.

“Kau tiba-tiba teringat kenangan masa lalu ya, Har?” Kucil terlihat kedinginan. Kepalan jemarinya masuk saku jaket. Jaket hitam pemberian Harap. Jaket hitam Harap pemberian ayahnya.

Harap berhenti berjalan, “Memangnya sebegitu lemahnya ya image-ku dimatamu?”

Kucil menoleh ke arah kirinya lalu kaget menemukan Harap sudah berhenti tiga langkah di belakangnya, “Ah, aku salah bicara ya?”

Harap masih menoleh ke arah berlawanan dari Kucil.

Kucil segera menghampirinya. “Kau tersinggung?”

Harap menoleh polos ke hadapan Kucil, “He? Aku rasa ini tamannya..”

“Demi Dead Japra!!” Kucil melotot sambil berkacak pinggang dengan cepat. Harap bingung. Akhir-akhir ini Harap sering kebingungan dengan tingkah Kucil. Bukan karena Kucil yang sangat membingungkan, melainkan memang Harap yang linglung.

“Hahahaha!” Harap tertawa tiba-tiba. “Oh, Tuhanku..”

“Kenapa, Har?” giliran Kucil yang kebingungan dengan tingkah Harap yang menjadi selalu tiba-tiba. Tiba-tiba melamun. Tiba-tiba diam. Tiba-tiba tertawa. Tiba-tiba Harap menarik tangan Kucil, “Kita cari makan saja yuk!”

“Hah? Lalu tamannya? Bukunya?”

Harap menyeringai geli, “Sepertinya aku benar-benar bermimpi tentang Taman Buku itu.”

“Apa sih, Har? Kau bicara apa sih, Har?” pelan-pelan Kucil melepaskan tangan Harap yang merangkul tangan kanannya.

Harap diam saja. Menunduk.

“Kau kenapa sih, Har? Akhir-akhir ini kau membuatku bingung.”

“Kau keberatan kalau aku membuatmu bingung?” Harap masih menunduk sambil menjentik-jentikkan kuku jarinya.

Kucil tertawa kecil agak bergetar, “Tidak masalah, Harap. Itu sama sekali tidak masalah untukku.”

Harap mendongakkan kepalanya, “Lalu apa masalahmu?”

Kucil dengan cepat memeluk Harap yang lebih pendek darinya. “Aku sedih. Aku sedih melihatmu sekarang selalu kebingungan. Aku sedih. Kau bingung. Lalu aku harus berbuat apa…..”

***

Ini bukan kalimat basa-basi dari mereka,
melainkan karena kau harus benar-benar baik-baik saja..

Ini bukan kalimat basa-basi dari mereka,<br>melainkan karena kau harus benar-benar baik-baik saja..