“Dia kita kasih makan apa ya, Har?” Kucil melipat kedua tangan di dada. Dada Kucil, bukan Harap.
“Memangnya dia bakal suka rumput?” Harap nyeletuk asal karena sudah berapa kali Kucil bertanya seperti tadi.
“Memangnya kau bisa masak tumis rumput, Har?” Kucil tambah asal. “Atau sop rumput? Gulai?” Mungkin tidak. Ia sangat serius menanyakannya. Atau mungkin ia kelaparan.
Harap tak mengindahkan kebingunan Kucil. Ia menghampiri anak kecil perempuan yang duduk-duduk di kursi favorit Kucil dan Harap.
“Kakak!
Rumah kakak bagus! Kayak pantai!” anak itu bicara gembira.
Kucil menyikut lengan Harap, “Dia lucu lho, Har,” bisiknya.
Harap menoleh, “Semoga kau bukan seorang pedofil.”
“Kau cemburu?” Kucil terkekeh geli tak henti-henti.
Harap menghampiri gadis kecil yang memakai dress renda berwarna merah ceri. Tak lupa memang benar adanya bulatan ceri dari flannel disematkan di dada kirinya. Dada gadis kecil itu, bukan Harap, apalagi Kucil.
“Adik kecil, kau datang dari mana?” Harap berjongkok di depannya.
“He, Harap. Kalau cemburu, tidak perlu menginterogasi anak kecil seperti itu. Dewasa lah sedikit,” ujar Kucil polos dengan gayanya yang sok tahu.
“What?!” Harap membuat wajah jelek.
“Kau memang jelek.”
“Aku jelek?” tanya gadis kecil itu dengan muka sedikit mengerut.
Harap tertawa, “Bukan! Dia yang jelek!” tunjuk Harap ke arah Kucil.
“Dia?”
Gadis kecil itu menghampiri Kucil, “Kakak ini tampan.”
“Whaaaattt?!” Harap membuat wajahnya semakin jelek. Maaf, Harap, tidak bermaksud mengatakan bahwa Harap jelek. Namun itu lanjutan wajah jelek yang sebelumnya.
Gadis kecil itu tertawa lucu.
Kucil bermuka merah jambu. Jambu monyet. Atau pantat monyet.
“Kakak masih menanyakan asalku?” tanya gadis kecil memecah tawa Kucil dan Harap yang sedari tadi tak henti menggeliat karena Kucil dipuji tampan.
Harap mengatur nafas. “Oh, ya!”
Kucil duduk di sofa bambu kesayangan mereka, diikuti oleh gadis kecil. Harap duduk di lantai.
“Mengapa kakak duduk di lantai?”
“Dia pembantu di rumah ini,” jawab Kucil serius.
Harap menunduk lelah mendengar jawaban Kucil. Seperti adegan terhipnotis, Harap benar-benar menunduk tak berdaya.
“Tuh kan, dia kelelahan,” lanjut Kucil sudah tidak serius. Ia geli. Bagaimana tidak geli, sekarang Harap sangat total menggelitiki Kucil. Gadis kecil tertawa lucu. Sangat lucu.
Lucunya, hingga membuat mereka lupa dari mana asalnya gadis kecil itu.
***