“Yang benar saja? Ini kan masih disebut karya, Cil!” Harap tidak setuju dengan ide Kucil tadi.
“Baiklah,” Kucil memasang kepingan itu ke VCD player lalu sebentar terdengar lagu dangdut jaman sekarang yang sudah tidak mutu pada liriknya itu.
“Harap, coba kau goyang dangdut di depan rumah,” suruh Kucil dengan
wajah sok tahunya.
“Buat apa?” Harap mengerutkan dahi.
“Gak perlu banyak tanya deh!”
“Ya malu lah!”
“Ya sudah di dekat kompor yang menyala saja,” Kucil ke dapur dan Harap mengikutinya.
“Buat apa?” Harap mengerutkan dahi (lagi).
“Gak perlu banyak tanya deh!”
Harap menyalakan kompor, “Panas lah, Cil!”
“Lebih baik VCD itu tadi yang terbakar atau penyanyi dangdut seronok itu yang kepanasan di neraka nanti? Lebih baik VCD mereka dicaci dan jatuh pamornya, daripada kaya tapi kepanasan di akhirat nanti,” Kucil berjalan kembali mematikan VCD player yang masih hidup. “Dan aku mengijinkan kau jadi penyanyi dangdut, tapi tanpa tanda tangan kontrak ke neraka, Harap!” teriak Kucil dari ruang tengah.
Harap senyum-senyum sendiri sambil menaruh wajan di atas kompor yang menyala kemudian mematikan pematiknya.