Jadi Kucil harus sholat Jum’at. Biasanya Kucil berangkat jam 11.30, hanya saja Harap harus lebih dulu berangkat sekitar jam 10.00.
Harap membangunkan Kucil yang masih tertidur pulas, sedangkan Harap sudah memakai sarung, baju koko, peci, dan kumis lebat yang mentereng hitam.
Akhirnya Kucil bangun dari lelapnya dan tidak lupa untuk kaget terlebih dahulu, karena sudah rutinitas di hari Jumat. Bukan kaget karena takut terlambat ke mesjid, melainkan melihat rupa Harap.
“Kau siapa?” Kucil memojok ke tembok di sudut kasurnya.
“Aku Harap, Cil! Aku abis dari mesjid, kan mau sholat Jum’at. Tapi aku dicegat gara-gara penyamaranku ketahuan orang-orang sana. Katanya cuma jantan aja yang boleh sholat Jum’at, padahal aku kan pengen banget. Duh, beruntung deh jadi kau, Cil. Kau tercipta jadi jantan, bisa sholat Jum’at. Harusnya kau jadi betina aja kalau jam segini masih tidur,” jabar Harap panjang sambil memasang wajah kecewa.
Kucil mendengar cerita itu langsung mencabut kumis yang tertempel di bawah hidung Harap dengan cepat. Harap mengaduh kesakitan karena lem yang melekat di kulit bekas kumis tadi.
Kucil memegang pundak Harap, “Maaf, Har, aku harus pakai ini. Karena kalau tidak, nanti aku disangka betina!”
Dan Kucil pun bergegas mandi lalu berganti pakaian. Tak lupa mendengar Harap di tiap Jum’at-nya berkata Kucil tampan dengan baju koko-nya sambil mengacungkan ibu jari.
***