Ada yang sangat ingin kautemui? :)

Ruang Televisi: "Teman Kucil."

“Kau, kau adalah teman Kucil yang senang membacok itu?” tanya Harap hati-hati mencoba menyembunyikan kekagetannya dengan cool ketika Kucil memberi tahu Harap bahwa ia membawa teman dari The Celurits. Komunitas senang membacok. Ya, senang.

Teman Kucil tidak jadi menyalakan rokoknya yang sudah siap dinyalakan, kemudian menoleh pada Harap.

Harap berusaha keras tetap cool, sekeras batu, hingga akhirnya tegang dan kaku tak berani melihatnya.

“Kau juga adalah orang terdekat Kucil yang senang bacot itu kan? Dengar-dengar kau adalah ketua komunitas itu?” tanyanya santai sambil melihat Harap dengan tajam. Itu namanya tidak santai.


Harap menelan ludah, “Oh. Aku sudah tidak di sana,” jawabnya sambil meringis.

Teman Kucil mengernyitkan dahi, “Mengapa?” tanyanya sambil menyalakan rokok lalu menghembuskannya. “Aku tahu kau tak merokok, jadi aku takkan menawarimu.”

Harap sudah agak santai ketika mendengar itu, setidaknya Kucil sedikit banyak menceritakan dirinya pada temannya ini. Sehingga bila ia salah ucap, seharusnya ia mengerti bahwa Harap salah ucap.

“Mmm, ada saatnya pensiun. Anggap saja aku seorang PNS,” Harap tertawa yang diikuti tawa temannya. Harap tambah santai.

“Padahal bacotanmu menginspirasi kami, Harap,” ia tersenyum. Manis.

“He?” Harap bingung.

“Ya, kami selalu mendengarkan bacotanmu tiap pagi di lapangan,” ia tertawa menjawab kebingungan Harap. “Tentu saja secara sembunyi-sembunyi.”

“Kami merealisasikan apa yang kau pikirkan dan rasakan tentang kejahatan di dunia. Karena mungkin kami merasa kau tidak bisa melakukan perubahan secara sendiri, maka kami membantumu. Dari jauh. Dari dimensi yang berbeda,” jelas teman Kucil dengan antusias.

“Ya, Tuhan..” Harap menutup wajah tidak percaya. “Kalian membacok orang-orang! Apa yang kau maksud dengan merealisasikan bacotanku, ha?”

Harap memasang wajah kecewa.

Teman Kucil tertawa.

“Kau tertawa!”

“Ya!” jawabnya cepat dengan semangat sambil melanjutkan tawanya.

“Kerjaan kalian selain membacok apakah kemudian hanya tertawa?!” tanya Harap heran yang meninggi.

“Namaku Bangsa. Selain membacok, tertawa, ada lagi yang kukerjakan. Yaitu bercerita. Bercerita tentang kelucuan dari membacok orang yang selalu membuatku tertawa ketika selesai melakukannya,” ia mengisap rokoknya dalam-dalam. Lalu menghembuskannya ke luar-luar, “Mau kah kau santai sebentar untuk mengamatinya?”

***

Ini bukan kalimat basa-basi dari mereka,
melainkan karena kau harus benar-benar baik-baik saja..

Ini bukan kalimat basa-basi dari mereka,<br>melainkan karena kau harus benar-benar baik-baik saja..