Harap memilih-milih di bagian majalah fesyen, sedangkan Kucil di sisi koran.
“Memangnya kau mau jadi model, Har?”
tanya Kucil sambil menghampiri apa yang Harap pegang.
“Dulu cita-citaku sama sekali nggak mau menjadi fashion designer,” jawab Harap sambil menanyakan harga majalah yang ia pegang di tangan kanannya kepada si penjual tentunya, bukan pada Kucil, ia mana tahu.
“Memangnya siapa yang nawarin kau jadi fashion designer?” tanya Kucil heran.
“Nggak ada,” jawab Harap lagi sambil menerima uang kembalian, dari si penjual tentunya, bukan pada Kucil, ia mana punya uang kembalian.
“Lha terus? Buat apa kau baca beginian?” sambil menunjuk majalah fashion yang Harap pegang, pastinya, karena bukan si penjual yang pegang, kalau ia yang pegang berarti Harap tidak jadi membeli.
“Itu kan dulu, Kucil. Sekarang beda.”
“Apanya lagi yang beda selain pakaian tertutup menjadi terbuka?”
“Nah itu kau tahu. Kalau sekarang, dengan modal punya kain kecil saja, aku sudah bisa kaya raya,” Harap menepuk bahu Kucil sambil tersenyum kecil, “jantan memang perhatian sekali ya pada aurat betina.”
***